Surat Tak Sampai

Ingatkan kau pernah mendengar sebuah ungkapan kasih dari ku semenjak fase pertama pertemuan kita?
kurasa kau tidak mengingatnya.
aku mungkin akan selalu mengingatnya, karena itu adalah rasa dari ku bukan darimu.
pernahkan kau bertanya-tanya kenapa ku ungkapkan? kau mengerti? ataukah kau pernah bertanya-tanya? jika iya kau bertanya-tanya.
Akupun tidak tau  alasannya, hanya saja jiwa ku berbisik. Orang bijak pernah bilang ikuti kata jiwa maka raga akan bahagia.

Tapi kurasa tidak, sudah kuikuti, ternyata yang didapatkan raga bukanlah hal yang diharapkan. Ternyata malah sebaiknya. kau menolakku dengan senyum lembut dengan alasan kita adalah teman. Senyum mu sangat lembut. jahat sekali. Padahal aku terjatuh karena senyummu. Tapi oleh senyum itu kau menolakku, atau bukan penolakan? atau itu hanyalah ujian?
Aku tidak tau, tiada yang memberitahu aku bagaimana perasaanmu, dan apa yang ada di otakmu. Aku hanyalah manusia yang cuman bisa berfirasat. Hanya satu firasatku. kepercayaanku selalu mengajarkan aku untuk selalu berprasangka baik. aku selalu berprasangka baik, selalu. Tidak pernah sedikitpun aku berprasangka buruk tentangmu. Tapi entahlah bagaimana dirimu memandangku karena itu.

Aku beranggapan kenapa jadi kau menolakku, itu karena diriku yang tidak baik, diriku yang kurang gagah, diriku yang kurang pintar, dan diriku yang bodoh dalam hal perasaan, terlalu gegabah, dan tidak bisa menghanturkan tutur romantis dan kikuk. aku berusaha.. Tidak kah kau tau, aku selalu berusaha untuk bisa menjadi diriku yang terbaik. mungkin saja karena itu kau bisa melihatku. Mungkin saja diriku bisa berharga dimata mu. Menjadi bak mainan paling kau sayangi di waktu kecil yang tidak bisa kau tinggalkan, menjadi bak peliharaanmu yang menjadi tempat untuk mu melabuhkan duka, terlebih yang paling kuinginkan adalah menjadi teman terbaikmu. Membantumu dan kau bahagia. karena mungkin saja aku bisa menemukan kebahagiaan di balik bahagiamu. Ingin aku merasakan itu. ingin sekali...

Perihal zaman sekarang pengungkapan rasa dalam berbentuk tulisan terasa sangat melankolis, tapi begitulah aku. Mungkin saja jika teman-temanku membaca tulisan ini mereka akan menertawakan ku, dan aku akan  menjadi korban lainnya akan perundungan. Tapi mau bagaimana lagi, aku kikuk dalam hal pengungkapan rasa, aku bingung bagaimana cara nya mengekspresikan emosi, aku tidak tau bagaimana merangkai kata romantis, bagiku romantis adalah perihal pengorbanan, membantu tanpa mengharapkan imbalan dan membuat kau tersenyum bahagia. aku tau aku bahkan tidak menunjukan ekspresi bahagia ku ketika kau tersenyum waktu kubantu. karena aku malu, aku malu untuk mengungkapkan ekspresi bahagiaku, aku malu kalonya aku sedih, aku malu akan segala hal terkait pengungkapan emosi. Mungkin aku hanyalah sebuah robot yang  diberikan kulit, organ dan otak, tapi percayalah, aku sungguh senang melihat senyumanmu, aku senang mendengar suara bahagiamu, aku senang meliat senyum di bibirmu. aku bahagia meliat itu, aku sungguh bahagia, sungguh tiada ragu akan hal itu. Dan bagaimana mungkin aku bisa menghindari sumber kebahagiaanku?

Pernah aku mengalami jatuh sejatuhnya. ketika ternyata kau bahagia dengan orang yang kau sayangi disana. aku bingung harus seperti apa. aku sedih memang, sedih sekali. tapi aku harus menjadi orang yang kuat bukan.   karena sama seperti pengalaman terdahuluku, orang yang cengeng akan di rundungi, orang sedih akan dihina, orang nakal akan tidak ditemani. aku sudah mengalami semua itu, bahkan ketika kecil sewaktu SD aku pernah tidak ditemani hampir satu sekolahan karena aku berkelahi. aku trauma mengecewakan orang lain. aku juga belum pernah mengetahui apa itu kasih sayang. bapakku jarang dirumah sejak dulu, sering memberikan harapan palsu kepadaku, dan bahkan bertengkar dengan ibuku. tapi sekarang sudah tidak lagi, soalnya bapakku udah nikah lagi. dan masih tetap jarang berada dirumah. namun pertengkaran sudah tidak ada.. kuharap..

Aku pun mau tidak mau harus bahagia meliat kebahagiaanmu disana, bukan. karena kau bahagia. dan aku diluar itu masih mengembangkan diriku, aku menjadi ketua ini, dan ketua itu sebenarnya agar kau liat dan perhatikan. tapi ternyata belum juga. ternyata aku masih belum cukup untuk kau lihat. masih belum cukup untuk menjadi tempat persinggahan mu. Masih belum. Masih belum. aku selalu berprasangka baik.. terus selalu..

Kalonya kamu bertanya setelah sekian banyak pengabaian yang kudapatkan, apakah aku marah kepadamu? tentu saja tidak. aku merupakan orang yang sangat sulit untuk marah. karena aku punya prinsip bahwa setiap orang berhak untuk menentukan apa yang dia lakukan. dalam hal ini hanya hak ku untuk menyayangimu dan bukan kewaijibanmu untuk membalasnya. aku hanya akan meratapi biasaya kenapa seseorag memperlakukan ini dan itu kepadaku. Mungkin ada yang salah dalam diriku. maka aku akan memperbaikinya.

Dan sekarang aku pun tidak tau bagaimana rasamu terhadap diriku setelah sekian lama.

Pernah aku membaca disebuah artikel padahal rasa suka akan bertahan cuman 6 bulan kemudian hilang, dan kalonya lebih maka itu merupakan suka yang sebenar-benarnya. apakah aku seperti itu? entahlah. mungkin bisa kau renungkan.. pada saat ini aku bertanya-tanya siapakah sebenarnya yang bisa membuatmu bahagia. apakah mungkin bisa ya aku? soalnya aku sudah sering membantumu, sudah sering membuat mu tersenyum. dan dengan kebingungan ku dalam mengekspresikan kasih sayang, mungkin hal tersebut hanya akan seperti biasanya bagi dirimu, entahlah aku tidak bisa mengetahui isi hatimu.

Mungkin saja saat ini dirimu bahagia dengan orang yang kau sukai, yang baru..
 Tidak mungkin aku kan?. soalnya aku ragu kau bisa menyukai aku yang aneh ini. aku ragu kau bisa menyukai aku dikemudian hari, dan memilih menjadi teman terbaikmu. aku ragu kau bisa peduli dengan masalahku, aku ragu kau bahkan peduli dengan diriku.
dan akhirnya aku penuh prasangka buruk. karena mungkin aku capek, harus berpikir bagaimana lagi agar kau bisa melihatku. agar kau melihatku lebih dari biasanya.

Mungkin aku bodoh dan kau beranggapan begitu. tapi aku masih suka kamu, dan jauh didalam jiwa ku, masih mengharapkan bisa sering berbincang denganmu, dan kau berkisah segala hal denganku sambil tersenyum. tanpa ada guratan pada batas antar alismu, dan juga muka pengabaian yang sering kau perlihatkan kepadaku.

Aku penasaran sebenarnya apasih diriku bagi dirimu?

Surat ini mungkin tidak akan pernah terkirim, penasaran aku bagaimana respon mu, wajah mu. Oh iya mungkin biasa aja..

Surat ini mungkin ku arsipkan disini, kan kukirim jika kusudah berdamai dengan realita..

Komentar

Postingan Populer